Suatu hari, pangeran parhan hendak berburu rusa sendirian ke hutan, namun sang raja yang khawatir akan keselamatanya memerintah seorang biksu untuk menemaninya dan memperingatkan sang pangeran bila bertindak gegabah.
singkat cerita, pangeran parhan telah berada di tengah hutan dan masih ditemani sang biksu. Tak lama kemudian pangeran parhan melihat rusa buruan pertamanya, tembakan pun ia lepaskan.
DOOR !
namun tembakanya itu tak mengenai sasaran.
" tai ! Sasaranku meleset !" gerutu pangeran
mendengar kata2 kasar keluar dari mulut pangeran, sang biksu memperingatinya
"pangeran, jangan bicara kasar, apa pangeran mau dewa petir murka?"
namun peringatan sang biksu tak digubrisnya, dan ia tetap melanjutkan perburuan.
tak lama, pangeran melihat kembali seekor rusa. Tak ambil pusing pangeran pun melepas tembakan lagi.
DORR ! DORR !
naas ! Rusa tak tertembak.
"tai ! Sasaranku meleset lagi !"
cerocos pangeran, dan seperti biasa diingatkan kembali oleh sang biksu. Hingga kejadian seperti itu terulang beberapa kali.
"tai ! Sasaranku meleset !" gerutu pangeran terhadap kekesalan gagal menembak rusa yang ke 10. Sang biksu yang mulai agak kesal karena peringatanya tak diindahkan pangeran, mulai mengancam.
"bila pangeran masih berkata kasar, maka saya akan memanggil dewa petir untuk menghukum pangeran"
"panggil aja sono! Tai lu" ledek pangeran
lalu biksu mulai komat kamit membaca mantra, dan angin besar menerpa mereka berdua beserta petir. Tak lama dewa petir datang dan melepaskan tembakan petir kearah pangeran.
BLEDARR !
namun naas, sang biksu lah yang terkena tembakan petir tersebut. Pangeranpun bingung dan bertanya.
"wahai dewa petir, mengapa kau hukum biksu? Padahal akulah yang bersalah"
dewa petir menjawab dengan enteng
"Tai ! Sasaranku meleset !"
singkat cerita, pangeran parhan telah berada di tengah hutan dan masih ditemani sang biksu. Tak lama kemudian pangeran parhan melihat rusa buruan pertamanya, tembakan pun ia lepaskan.
DOOR !
namun tembakanya itu tak mengenai sasaran.
" tai ! Sasaranku meleset !" gerutu pangeran
mendengar kata2 kasar keluar dari mulut pangeran, sang biksu memperingatinya
"pangeran, jangan bicara kasar, apa pangeran mau dewa petir murka?"
namun peringatan sang biksu tak digubrisnya, dan ia tetap melanjutkan perburuan.
tak lama, pangeran melihat kembali seekor rusa. Tak ambil pusing pangeran pun melepas tembakan lagi.
DORR ! DORR !
naas ! Rusa tak tertembak.
"tai ! Sasaranku meleset lagi !"
cerocos pangeran, dan seperti biasa diingatkan kembali oleh sang biksu. Hingga kejadian seperti itu terulang beberapa kali.
"tai ! Sasaranku meleset !" gerutu pangeran terhadap kekesalan gagal menembak rusa yang ke 10. Sang biksu yang mulai agak kesal karena peringatanya tak diindahkan pangeran, mulai mengancam.
"bila pangeran masih berkata kasar, maka saya akan memanggil dewa petir untuk menghukum pangeran"
"panggil aja sono! Tai lu" ledek pangeran
lalu biksu mulai komat kamit membaca mantra, dan angin besar menerpa mereka berdua beserta petir. Tak lama dewa petir datang dan melepaskan tembakan petir kearah pangeran.
BLEDARR !
namun naas, sang biksu lah yang terkena tembakan petir tersebut. Pangeranpun bingung dan bertanya.
"wahai dewa petir, mengapa kau hukum biksu? Padahal akulah yang bersalah"
dewa petir menjawab dengan enteng
"Tai ! Sasaranku meleset !"
Post a Comment